Kiranya Sebagian besar dari kita akan menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan hukuman, padahal hal itu berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu merupakan salah satu alternatif terakhir bahkan jika perlu tidak digunakan sama sekali.
Seorang murid yang memiliki disiplin diri berarti mereka bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.
Budaya Positif
Budaya positif perlu diciptakan di kelas dan sekolah. Budaya positif memerlukan disiplin diri dari warga kelas dan sekolah. Budaya positif dapat diwujudkan di antaranya dengan pembentukan keyakinan kelas, posisi kontrol guru yang positif, dan menerapkan segitiga restitusi. Melalui budaya positif terwujud pembelajaran yang kondusif, berkualitas, dan berpihak pada murid. Banyak contoh budaya yang bisa diterapkan oleh murid-murid baik di rumah maupun sekolah. Di sekolah bisa dengan menerapkan 3S TOMAT (senyum salam sapa tolong maaf dan terima kasih). DI rumah murid-murid bisa literasi dengan membaca buku atau dari media yang disiapkan guru sesuai tema.
Tujuan dari disiplin positif murid adalah disiplin diri dengan menanamkan motivasi pada murid-murid, yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Murid-murid akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang murid-murid hargai.
Pembentukan Keyakinan Kelas:
Untuk membangun budaya positif dapat dilakukan dengan membuat keyakinan kelas.
- Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.
- Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
- Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif.
- Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut.
- Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
- Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.
Kebutuhan Dasar
Dalam menciptakan budaya positif guru kiranya perlu memahami kebutuhan dasar murid. Seluruh tindakan murid memiliki tujuan tertentu. Semua yang dlakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang murid inginkan. Ketika murid mendapatkan apa yang mereka inginkan, sebetulnya saat itu mereka sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar murid, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan kekuasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Posisi Kontrol
Ada 5 posisi kontrol yang dapat diterapkan seorang guru, dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol guna menciptakan budaya positif. Posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Posisi kontrol yang seyogianya diterapkan adalah teman, pemantau, dan manajer.
Segitiga Restitusi
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai. Sebelumnya kita telah belajar tentang teori kontrol bahwa pada dasarnya, kita memiliki motivasi intrinsik.
Proses ini meliputi tiga tahap dan setiap tahapnya berdasarkan pada prinsip penting dari Teori Kontrol, yaitu Langkah Teori Kontrol 1 Menstabilkan Identitas Stabilize the Identity Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan 2 Validasi Tindakan yang Salah Validate the Misbehaviour Semua perilaku memiliki alasan 3 Menanyakan Keyakinan Seek the Belief Kita semua memiliki motivasi internal.
No comments:
Post a Comment