Coaching adalah proses kolaborasi antara coach dan coachee secara sistematis untuk membantu coachee meningkatkan potensi diri dan menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi secara mandiri. Coaching bertujuan menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki. Hubungan dalam coaching adalah membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusan sendiri. Dalam kegiatan coaching seorang coach tidak serta merta memberikan solusi, namun menawarkan beberapa alternatif solusi untuk coachee memutuskan secara mandiri solusi yang sesuai dan dikehendaki.
Untuk melaksanakan coaching dibutuhkan keterampilan komunikasi asertif, mendengarkan aktif, dan dapat menggunakan langkah TIRTA. Komunikasi asertif akan membangun hubungan yang positif antara coach dan coachee, coachee menjadi terbuka dan selaras menuju tujuan coaching. Komunikasi asertif dapat dilakukan dengan menyamakan kata kunci, menyamakan bahasa tubuh, menyelaraskan emosi. Dalam kegiatan coaching juga dibuthkan keterampilan menjadi pendengar aktif. Dalam coaching, coachee merupakan pusat komunikasi, coach lebih banyak mendengar daripada berbicara. Mendengarkan aktif membutuhkan konsentrasi, fokus pada tujuan, hormat kepada pembawa pesan (coachee), membangun relasi positif, dan membutuhkan komitmen diri. Dalam kegiatan coaching dapat menggunakan model Tirta. Model TIRTA adalah model coaching yang dapat membantu peran coach dalam membuat alur percakapan menjadi lebih efektif dan bermakna. Langkah dalam model TIRTA adalah Tujuan, Identifikasi, Rencanakan Aksi, dan Tanggung Jawab.
Sesuai dengan tujuan coaching, yaitu menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki maka coaching dapat diterapkan oleh guru dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru berusaha memfasilitasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan belajar siswa. Siswa dengan beragam potensi tersebut dapat dituntun menemukan solusi ketika menghadapi masalah atau tantangan sehingga mampu mengambil keputusan solusi secara mandiri dalam mengembangkan potensi dirinya.
Dalam kegiatan coaching terjalin hubungan positif antara coach dan coachee. Coach dan coachee adalah relasi setara. Dalam pengambilan keputusan dilakukan oleh coachee secara mandiri, coach hanya mengarahkan saja. Hal tersebut dapat diterapkan untuk mendukung pembelajaran sosial dan emosional dimana kemampuan relasi, mengambil keputusan yang bertanggung jawab sangat penting dimiliki oleh siswa. Melalu kegiatan coaching kemampuan relasi, mengambil keputusan yang bertanggung jawab dapat dikembangkan dalam diri siswa.
No comments:
Post a Comment