PENGERTIAN GURU KREATIF
Oleh: Pak Do
Idealnya seorang guru memiliki citra yang baik dan wibawa akademik di hadapan siswa yang dibinanya, sehingga
kehadirannya di sekolah dapat melaksanakan fungsi keguruan sebagaimana mestinya. Kepada guru lah siswa akan
mengonsultasikan berbagai permasalahan yang dihadapi di sekolah baik sebagai siswa maupun pribadi. Beragam persoalan yang dikemukakan memerlukan
pemikiran yang berbeda dan cara penyelesaian yang tepat sehingga dicapai hasil
yang diharapkan. Implikasinya seorang guru harus memahami
konsep kreativitas dan belajar bersikap kreatif agar dapat memandang
permasalahan secara komprehensif dan merekomendasi solusi kepada siswa secara tepat.
A. Definisi Kreativitas
Suatu saat seorang guru dihadapkan pada sebuah tantangan atau masalah yang menuntut kreativitas berpikir dalam menyelesaikan. Guru tersebut tidak mampu menyelsaikan karena hanya berkutat pada satu jalan
keluar kemudian ada guru lain yang dapat membantunya melalui cara yang tidak terpikir olehnya. Ia mungkin
berkomentar ”Kenapa tidak terpikir sampai
kesana ya ?”
Komentar seperti tadi dan
mungkin disertai kekaguman juga pernah terlontar pada saat kita melihat sebuah hasil karya rekan guru, tanggapan
atau ide yang disampaikan rekan
guru pada suatu forum
tertentu. Mengapa guru lain dapat berpikir atau dapat menghasilkan
suatu karya yang tidak terpikir oleh kita? atau mengapa guru lain mampu menyelesaikan persoalan dengan lebih cepat dengan cara yang unik dan
mencapai hasil yang baik? Hal itu dapat terjadi karena
guru tersebut memiliki keterampilan berpikir
memecahkan masalah secara kreatif.
Apakah setiap guru dapat belajar mengembangkan keterampilan berpikir memecahkan masalah? Ya,
Setiap guru dapat belajar untuk mengembangkan berpikir
kreatif dan mengintegrasikan kemampuan tersebut dengan keterampilan-keterampilan berpikir tingkat tinggi lain, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan. Belajar mengeksplorasi
mimpi dan berbagai kemungkinan dengan mengembangkan kepekaan terhadap
petualangan, kejutan, kenyamanan dan kesenangan, sehingga
memfasilitasi ide-ide baru dan pemecahan masalah secara inovatif sesuai
kebutuhan. Ide-ide tersebut berbeda dan menunjukkan kualitas yang tinggi.
Saat ini perubahan kehidupan
berlangsung sangat cepat dan kompleks dengan berbagai tantangan dan permasalahan. Setiap guru dituntut untuk fleksibel, kritis, dan terampil berpikir kreatif, sehingga mampu menangani
permasalahan dan menemukan solusi yang melibatkan lingkungan sosial maupun
fisik.
Jadi apa itu kreativitas? Bagaimana mengembangkan keterampilan berpikir kreatif? Bagaimana memecahkan masalah secara kreatif dan bagaimana kita mampu
memfasilitasi orang lain untuk berpikir kreatif dan bertindak kreatif ?
Menurut Lumsdaine (1995), kreativitas adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang
diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan
untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan
pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu
melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan
lingkungan sehingga diperoleh cara-cara
baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
Berdasarkan pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa kreativitas
adalah kemampuan guru untuk mempergunakan imajinasi dan
berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan,
orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta
bermakna.
Pernahkah kita merasa
pemikiran kosong atau merasa tidak berdaya karena tidak dapat berbuat apa-apa? Kreativitas
merupakan aktivitas dinamis dalam diri
kita yang melibatkan proses mental pada alam sadar maupun di bawah sadar. Pada
saat kita mengatakan dalam alam bawah sadar tidak mampu melakukan maka secara
sadar kita menjadi tidak mampu melakukan. Sebaliknya pada saat kita menunjukkan
kemampuan kita melakukan sesuatu secar sadar maka akan tumbuh keberhargaan diri
pada alam bawah sadar dan tertampilkan kembali dalam sikap percaya diri.
Kreativitas melibatkan
keseluruhan otak. Seorang guru akan bertindak kreatif manakala mempergunakan
potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua belahan otak, otak kiri dan
otak kanan. Otak kiri yang mengatur
kemampuan logika dan otak kanan yang mengatur humanistis. Implikasinya setiap
persoalan yang datang dilihat tidak hanya dari kacamata logika tetapi berbagai
dimensi yang menyertainya. Contoh sederhana, jika seorang siswa bertanya kepada
Guru apa guna pensil? Jawaban secara logika adalah alat untuk menulis atau
menggambar sesuai dengan fungsi utama. Mari kita menggunakan otak kanan, dengan
bentuk dan kondisinya pensil dapat dipergunakan untuk mengganjal jendela, konde
rambut ataupun pembatas halaman buku, dsb.
Kreativitas mengekspresikan kualitas solusi penyelesaian masalah. Kunci
kreativitas adalah kemampuan menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang
sehingga menjadi solusi yang lebih baik. Sudut pandang yang berbeda akan
menstimulasi beragam ide dan mengembangkan struktur kognitif baru. Contoh seorang
anak mungkin dipandang bodoh oleh manakala memperoleh nilai 2 pada saat ulangan
Bahasa Indonesia. Pertanyaannya mengapa? akan merujuk pada berbagai kemungkinan
kondisi anak. Apakah anak tidak mengalami gangguan fisik yang menghambat
penerimaan materi belajar? Apakah anak tidak memiliki alat penunjang belajar? Ada
berapa anak yang memperoleh nilai 2? Pada pelajaran lain berapa nilai yang
dapat diperoleh? Itu beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan sebagai seorang
guru jika kita melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Jawaban
berbeda dari beragam pertanyaan akan memberikan gambaran masalah utama yang
dihadapi anak, sehingga memfasilitasi kita untuk menetapkan solusi bantuan yang
paling mungkin dilakukan secara tepat.
Menurut Mamat Supriatna
(2006), kreativitas adalah kemampuan cipta, karsa dan karya seseorang untuk
dapat menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat ditemukan
dengan menghubungkan atau menggabungkan sesuatu yang sudah ada. Kreativitas
adalah bakat yang dimiliki oleh setiap orang yang dapat dikembangkan dengan
pelatihan dan aplikasi yang tepat. Banyak studi telah dilakukan tentang
perilaku kreatif dari para musisi, ilmuwan besar, arsitek, pujangga, dan
pelukis. Hasilnya adalah bahwa proses kreativitasnya sama, baik kreativitas itu
terpusat pada pemecahan masalah sehari‑hari, atau penemuan ilmiah tingkat
tinggi.
Lakukan berbagai cara yang
beragam untuk melakukan suatu aktivitas, refleksi apakah memberi cara yang
lebih efektif, efisien, dan produktif? Perhatikan reaksi atau komentar orang
lain terhadap penampilan/kinerja/unjuk kerja kita apakah menunjukkkan apresiasi
yang positif dan kepuasan? Hal tersebut merupakan indikator sederhana apakah
kita kreatif atau tidak. Jika kita dan
orang lain berusaha kreatif maka kita akan lebih kreatif. Mengembangkan
perilaku kreatif dimulai dengan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
B. Mengapa Guru Perlu Mengembangkan Kreativitas
Guru diberi kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan perkembangan pendidikan.
Perubahan dan perkembangan dalam dunia pendidikan berimplikasi kepada guru
untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan tepat. Seringkali tingkat keragaman
dan kedalaman permasalahan dalam pendidikan, terutama menyangkut pembelajaran
di sekolah sangat tinggi dan kompleks. Hal itu dikarenakan tantangan dan permasalahan
pembelajaran dapat berasal dari faktor ekstern guru seperti siswa yang tidak
semangat belajar, media pembelajaran yang kurang memadai, dsb. maupun intern
guru seperti kurang menguasai teknologi informasi, dsb. Guru seyogianya dapat memikirkan
dan bertindak dengan cara yang tepat untuk dapat menguraikan kompleksitas
tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan
untuk menjawab berbagai masalah tersebut. Untuk itulah guru membutuhkan
kretaivitas.
Kemampuan beradaptasi guru dipengaruhi
oleh bagaimana guru memandang suatu permasalahan. Apakah permasalahan dianggap
sesuatu yang menyulitkan, merugikan, dan mengancam diri atau permasalahan
dipandang sebagai tantangan yang membuat diri menjadi lebih tahu, terampil,
atau mampu bertindak lebih baik. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan
kunci awal seorang guru memiliki kreativitas. Pandangan positif memfasilitasi
berkembangnya imajinasi tentang kondisi yang harus dihadapi sehingga persoalan
dapat dilihat secara komprehensif. Imajinasi berbagai pengalaman sendiri dan atau
orang lain yang dimaknai sebagai proses
belajar memberi peluang pada diri guru untuk melihat berbagai kemungkinan atau alternatif tindakan yang dapat
dilakukan.
Di sekolah seorang guru dapat
menerapkan pola pembelajaran yang memiliki semangat untuk meningkatkan
kreativitas. Dalam konteks pembelajaran siswa, guru dapat tetap tegas bertindak
atas dasar aturan-aturan baku namun tetap memberikan kesempatan dan memfasilitasi
peningkatan kreativitas positif siswa. Berbagai alasan dari mulai tabu, pamali,
kata orang tua, tidak menjadikan seorang guru membatasi kreativitas siswa,
tetapi menjadikan kreativitas guru dan siswa selaras sesuai norma dan nilai
yang baik.
Bersikap kreatif membawa
dampak positif pada diri guru dan siswa. Pada diri guru mendorong aktulisasi
potensi yang dimiliki. Bagi siswa memberikan kepuasaan karena tindakan yang
dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, memberi hasil yang lebih tepat, hasil
yang lebih banyak, dan merupakan hasil karya yang orisinal dan unik.
C. Proses Kreatif
Proses
kreatif dapat digambarkan dalam empat tingkatan, yaitu:
1. Tingkat persiapan, usaha dibuat oleh guru untuk
memahami dan mengerti tentang kebutuhan personal. Guru memberikan perhatian
secara mendetail terhadap objek sehingga dipahami secara utuh dalam berbagai
dimensi sudut pandang. Sudut pandang paling tidak meliputi kondisi fisik objek,
kegunaan atau manfaat, serta suasana atau situasi yang terbentuk karena
keberadaan objek. Kebutuhan guru akan terkait dengan ketiga sudut pandang
secara parsial, kombinasi maupun sebagai keutuhan. Contoh pada saat melihat
kursi siswa, guru akan memberikan perhatian dari sisi fisik apakah bentuknya
cukup mewakili sebuah kursi atau tempat untuk duduk dan apakah tidak ada bagian
yang membahayakan. Dari sudut pandang kegunaan atau manfaat apakah kursi cukup
kuat untuk diduduki atau menahan berat badan siswa. Dari sudut pandang suasana
atau situasi yang tercipta apakah posisi kursi tidak menghalangi siswa atau
guru berjalan, mendukung suanasana kelas yang menyamankan dan apakah cukup
pantas untuk menempati bagian dari ruangan.
2. Tingkat inkubasi (pengeraman), yaitu upaya
untuk mengembangkan ide dari perhatian yang diberikan untuk menjawab persoalan
yang dihadapi guru. Contoh : pada saat sekolah memiliki ruangan dengan ukuran tertentu yang harus menampung
sejumlah siswa untuk duduk dan menulis, maka bentuk dan ukuran kursi seperti
apa yang harus dibuat atau dibeli sehingga memenuhi tujuan yang diharapkan.
3. Tingkat wawasan, yang membawa guru pada
pengertian baru. Artinya terbuka kemungkinan terjadi perubahan bentuk, ukuran
dan fungsi dari suatu objek untuk memenuhi beberapa tujuan yang diharapkan.
Contoh: ruangan yang ada tidak memungkinkan diisi dengan meja dan kursi karena
akan membuat siswa tidak leluasa bergerak. Hal yang dibutuhkan adalah kursi
yang juga berfungsi sebagai meja dan tempat menyimpan barang/tas, cukup ringan
untuk dipindahkan dan dirapikan dengan cara melipat kursi, mampu menahan beban
sebarat 30 – 50 kg dan tinggi 120 – 160 cm, serta cukup memberi ruangan untuk
bergerak keluar dan duduk.
4. Tingkat pengesahan/penemuan, yang
menyadarkan guru tentang ide kreatif pengesahan atau tingkat implementasi.
Upaya mewujudkan ide dalam bentuk nyata. Contoh: untuk memperoleh kursi sesuai
kebutuhan pada tingkat wawasan awalnya perlu dibuatkan gambar, mempertimbangkan
bahan, mengerjakan, menata dalam ruangan dan memanfaatkan benda baru.
D. Ciri-ciri Guru Kreatif
Guru yang
kreatif memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Cenderung melihat suatu persoalan sebagai
tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri.
2. Cenderung memikirkan alternatif
solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan
sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
3. Tidak takut untuk mencoba hal-hal baru
asalkan positif.
4. Mau belajar mempergunakan pendekatan, metode,
teknik, strategi, media, alat peraga, dan peralatan inovatif dalam pembelajaran.
5. Tidak takut dicemooh karena berbeda dari
kebiasaan.
6. Tidak malu bertanya berbagai informasi tentang
sesuatu hal yang dianggap menarik.
7. Tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh.
8. Toleran terhadap kegagalan dan frustasi.
9. Memikirkan apa yang mungkin dapat
dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda.
10. Melakukan berbagai cara yang mungkin
dilakukan dengan tetap berdasar pada integritas, kejujuran, menjujung sistem nilai, dan bertujuan positif.
11. Tindakan yang dilakukan efektif, efisien,
dan produktif.
Diadaptasikan dari:
Buku Kompetensi Kepribadian 01 – B3
“Kreativitas”, Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenagakependidikan Departemen Pendidikan
Nasional 2008
No comments:
Post a Comment