Tuesday, 28 July 2020

Klepon dan Pendidikan Berbasis Budaya


Pernahkah anda makan klepon? Bagaimana rasanya klepon? Enak bukan? Akhir-akhir ini klepon menjadi perbincangan yang cukup viral di media sosial. Penulis tidak bermaksud untuk menambah hingar bingar pembicaraan klepon tersebut. Akan tetapi penulis akan mencoba menyuguhkan klepon dari kacamata Pendidikan Berbasis Budaya karena klepon merupakan salah satu hasil kebudayaan khas Nusantara khususnya Jawa.

Dalam Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Berbasis Budaya disebutkan bahwa salah satu kompetensi yang diharapkan adalah memiliki pengetahuan faktual tentang budaya yang sejalan dengan rasa ingin tahunya yang terkait dengan fenomena dan kejadian di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta pergaulan dengan teman sebaya.

Klepon sebagai hasil budaya tentunya sudah mengalami perjalanan yang panjang. Dari klepon pertama kali ditemukan oleh empunya (anonim) sampai sekarang tetap bisa bertahan ditengah-tengah era globalisasi. Dimana berbagai macam makanan dari berbagai negara dikenal dan mudah ditemukan di Indonesia, namun klepon masih tetap eksis. tentunya patut disyukuri.

Dilihat dari unsur budaya, klepon termasuk dalam artefak kebudayaan. Artefak adalah karya seni dan karya lain yang sarat dengan nilai-nilai luhur termasuk di dalamnya arsitektur lokal yang kaya keharmonisan, keindahan, kekokohan yang sekaligus mencerminkan aspek-aspek lain dari pranata sosial.

Secara garis besar artefak dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis karya seni budaya berikut.
1. sastra
2. seni pertunjukan
3. seni lukis
4. seni kriya
5. busana
6. arsitektur
7. boga
8. olahraga/permainan

Adapun tujuan dari pendidikan Berbasis Budaya dengan unsur budaya artefak adalah mengapresiasi, internalisasi, aktif-aktualisasi, dan kreatif. Klepon sebagai salah satu makanan khas Nusantara  perlu dikenalkan dalam pembelajaran melalui pendidikan berbasis budaya. Jangan sampai siswa kelak hanya mengenal dan menyukai makanan dari luar negeri namun tidak mengenal dan menyukai makanan khas Nusantara. Harapannya di tengah globalisasi yang menawarkan berbagai kebudayaan tidak menggerus budaya Nusantara yang sudah ada. Akan tetapi justru akan mengalami penyesuaian melalui asosiasi, asimilasi, dan alkulturasi, sehingga ragam budaya khas Nusantara semakin mantap, kaya akan nilai-nilai luhur yang tetap terjaga.


No comments:

Post a Comment

Featured post

Pengertian Rubrik

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI : Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media cetak baik surat kabar maup...