Wednesday 21 February 2024

Belajar Teori Neurosains

Hari ini saya mencoba membaca tentang teori belajar neurosains. Neurosains merupakan sebuah rujukan yang dipakai oleh para pakar pendidikan Islam. Neurosains menemukan bahwa seluruh potensi anak didik bertumpu pada otaknya (Salamah Eka Susanti, 2021). Sangat menarik, artikel yang ditulis Salamah Eka Susanti tentang Pembelajaran Anak Usia Dini Dalam Kajian Neurosains dengan tujuan   to describe the importance of neuroscience approach for early childhood in the learning process. Di dalam artikel dituliskan bahwa Sejak dipublikasikannya teori tentang neurosains, khususnya fakta mengenai perkembangan otak anak, terlebih lagi temuan di bidang neurosains telah mengantarkan para psikolog sampai pada sebuah kesimpulan bahwa usia dini merupakan usia emas (golden ages). 

Membaca artikel ini mengingatkan saya pada sebuah keinginan yang dulu pernah saya usahakan namun belum berhasil, yaitu mendirikan lembaga pendidikan PAUD-TK. Ada beberapa langkah yang sudah saya tempuh dalam mewujudkan keinginan tersebut, di antaranya bertukar pikiran dengan rekan, berkonsultasi dengan Kepala RA, Guru Ra, dan meminta izin tempat pada Pengasuh Pondok Pesantren, berkonsultasi dengan Pamong dusun. Akan tetapi langkah tersebut belum cukup untuk mewujudkan keinginan karena kendala tempat, guru, dan pendanaan. Mungkin suatu saat keinginan itu terwujud, tentunya atas ridha Allah S.WT. 

Mengapa membangun lembaga PAUD-TK penting? Hal itu setidaknya karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah karena alasan pribadi, saya memiliki tiga anak usia PAUD-TK, dengan kesibukan bekerja yang jauh dari rumah, mendirikan PAUD-TK menjadi salah satu opsi di samping memasukkan ke PAUD-TK yang sudah ada namun jaraknya cukup jauh dari rumah, tentunya harus ada yang antar jemput. Alasan kedua adalah di Desa saya belum ada PAUD, baru ada TK dan RA, yang agak jauh jaraknya dari rumah. Alasan ketiga, banyak anak usia dini yang berada di rumah, diasuh oleh ibu-ibu yang kebanyakan ibu rumah tangga. Alasan keempat memajukan pendidikan di Desa dengan mendirikan lembaga pendidikan PAUD-TK. Alasan ke keempat adalah ingin mengintegrasikan pembelajaran sosial-emosional, fisik-motorik, moral-spiritual dipadu dengan kesehatan jasmani.  Beberapa alasan lain yang relevan, namun tidak saya tuliskan.



Sunday 18 February 2024

Catatan Teori Behavioristik

Teori behavioristik merupakan salah satu teori yang digunakan bapak ibu guru di sekolah. Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang berfokus pada perubahan perilaku murid sebagai hasil dari proses pembelajaran. Menurut teori behavioristik, perubahan perilaku murid disebabkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus tersebut berupa lingkungan belajar murid, baik bersifat internal maupun eksternal, sedangkan respon merupakan reaksi fisik terhadap rangsangan atau stimulus yang diterima.  Salah satu faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) baik (positive reinforcement) maupun (negative reinforcement). Tokoh-tokoh dalam teori behavioristik adalah teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward Lee Thorndike; Teori belajar classical conditioning dengan tokoh Ivan Pavlov; dan Teori belajar descriptive behaviorism atau operant conditioning dengan tokoh Burrhus Frederic Skinner. Penerapan dari teori behavioristik di dalam kelas lebih banyak pada guru sebagai pusat pembelajaran atau teacher centered.

Contoh ilustrasi pembelajaran menggunakan teori behavioristik adalah sebagai berikut.
Suatu hari di SD Nusantara ada Ibu Santi mengajar materi tentang jenis-jenis paragraf. Sebagai persiapan mengajar, Ibu Santi telah menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai dari materi sederhana sampai kompleks. Ada dua jenis paragraf yang akan diberikan sebagai materi oleh Ibu Santi, yaitu jenis paragraf narasi dan deskripsi. Saat di kelas Ibu Santi mempersiapkan siswa dengan asesmen diagnostik kognitif. Asesmen diagnostik digunakan untuk mengetahui dan mengukur kemampuan awal siswa untuk masuk dalam materi baru. Pertanyaan yang digunakan sebagai asesmen adalah menanyakan pemahaman prasyarat siswa yaitu bagaimana pemahaman mereka tentang kalimat utama dan kalimat penjelas. Pertanyaan kedua adalah apa pengalaman mereka dalam membaca jenis paragraf dalam buku cerita. 

Ibu Santi menjelaskan materi tentang jenis paragraf narasi dan deskripsi, siswa menyimak penjelasan. Ibu Santi memberikan contoh-contoh paragraf narasi dan dsekripsi, siswa menyimak dan memhami. Ibu Santi memberi tugas untuk mengidentifikasi jenis-jenis paragraf dari bahan bacaan yang disajikan. Ibu Santi memberikan latihan soal tentang paragraf narasi dan deskripsi. Ibu Santi memberikan banyak pengulangan pembelajaran berupa latihan agar terbentuk pemahaman yang kuat tentang jenis paragraf narasi dan deskripsi pada siswa. 





Featured post

Pengertian Rubrik

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI : Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media cetak baik surat kabar maup...