Friday 30 May 2014


Ilustrasi Guru Kreatif (Sebuah Refleksi Studi Kasus)

 

Kamis, 16 Februari 2012, jam terakhir Bahasa Indonesia. Pak Do masuk kelas, kelas VI yang sebentar lagi menempuh Ujian Nasional (UN).

 Setelah memberikan salam dan mengkondisikan siswa, Pak Do bermaksud memberikan apersepsi dan memaparkan tujuan pembelajaran.

 “Anak-anak hari ini kita akan melanjutkan latihan untuk persiapan Uji Coba UN Tingkat Kabupaten yang akan dilaksanakan empat hari lagi, melalui latihan soal-soal peribahasa diharapkan kalian bisa lebih memahami ilustrasi cerita dan menentukan peribahasa yang tepat dari ilustrasi cerita yang disajikan,” kata Pak Do bersemangat.

 “Yaaaaa, latihan soal lagi. Pak Do, capek nii!” (Di luar dugaan anak-anak menjawab tak bersemangat.)

 “Pak Do, drama saja, ya?” (Pinta anak-anak memelas.)

 Pak Do tersenyum dan secara bijak menyadari bahwa beliau harus berpikir cepat dan kreatif menghadapi situasi di luar skenario itu. Pak Do berpikir harus memilih strategi yang tepat agar pembelajaran materi peribahasa dapat berjalan lancar sesuai rencana, juga tidak memupuskan semangat dan minat siswa untuk belajar materi drama.
 
Akhirnya, Pak Do menemukan cara kreatif bagaimana beliau dapat tetap memberikan pendalaman materi peribahasa sesuai tujuan pembelajaran sekaligus juga mengapreasi semangat dan minat siswa untuk mendapat pelajaran tentang drama. Alih-alih Pak Do memaksakan pemahaman peribahasa melalui latihan soal, Pak Do malah memberikan pendalaman pelajaran peribahasa melalui pelajaran membuat skenario drama dan hasilnya luar biasa, siswa sangat bersemangat dan berterima kasih kepada Pak Do.
 
Baik, anak-anak mari kita belajar tentang peribahasa sekaligus mendalami materi drama. Baik, mari kita pahami petunjuk pembelajaran berikut ini!” lanjut Pak Do bersemangat.

 Pak Do kemudian memberikan 5 petunjuk pembelajaran yang harus dipahami oleh para siswanya. Petunjuk sederhana dengan hasil luar biasa bagi siswa.

Petunjuk:
1.      Buatlah kelompok (1 kelompok 3 anak)!
2.      Buatlah skenario drama (meliputi: judul, pengantar, diolog, dan penutup)!
3.      Tema : peribahasa
4.      Skenario yang ditulis harus mengandung ilustrasi cerita atau jalan cerita yang dihubungkan dengan peribahasa atau memuat materi peribahasa!
5.      Skenario ditulis dalam selembar kertas, satu kelompok membuat 1 tugas untuk dikumpulkan, dan 3 salinan untuk masing-masing anggota!

 KBM pun berjalan lancar, anak-anak bersemangat membuat skenario drama, menghubungkannya dengan peribahasa. Anak-anak aktif mencari sumber, membuka-buka buku peribahasa, membaca, memahami, dan membuat ilustrasi dalam drama. Selain itu siswa mendapatkan nilai tambah untuk lebih memahami penokohan, menentukan latar drama, tokoh protagonis, antagonis, prolog, epilog, dsb. Anak-anak aktif bertanya jika kesulitan, saling berdiskusi dengan teman untuk pemecahan masalah. Waktu pelajaran 2 x 35 menit tak terasa berlalu. Pekerjaan pun selesai. Anak-anak paham peribahasa juga puas dengan pelajaran tentang drama. Ibarat sambil menyelam minum air.

Dari pengalaman studi kasus di atas, kita menjadi tambah memahami bahwa pembelajaran lebih berhasil dalam situasi kratif, aktif, dan menyenangkan. Guru dapat menggunakan strategi pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.

 Menurut Yatim Riyanto (2009), strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, dan mengoptimalkan fungsi serta interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pengajaran. Studi kasus di atas mungkin dapat menjadi salah satu inspirasi bagi teman-teman guru untuk bersama-sama selalu meningkatkan kreatifitas dalam menerapkan strategi pembelajaran sesuai paradigma baru pembelajaran. Hal itu agar  kita dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot (PAIKEM GEMBROT). Mari kita berkreasi, dan berinovasi, semoga bermanfaat serta berhasil!

PENGERTIAN GURU KREATIF


PENGERTIAN GURU KREATIF
 
Oleh: Pak Do
 
Idealnya seorang guru memiliki citra yang baik dan wibawa akademik di hadapan siswa yang dibinanya, sehingga kehadirannya di sekolah dapat melaksanakan fungsi keguruan sebagaimana mestinya. Kepada guru lah siswa akan mengonsultasikan berbagai permasalahan yang dihadapi di sekolah baik sebagai siswa maupun pribadi. Beragam persoalan yang dikemukakan memerlukan pemikiran yang berbeda dan cara penyelesaian yang tepat sehingga dicapai hasil yang diharapkan. Implikasinya seorang guru harus memahami konsep kreativitas dan belajar bersikap kreatif agar dapat memandang permasalahan secara komprehensif dan merekomendasi solusi kepada siswa secara tepat.
 
A. Definisi Kreativitas
Suatu saat seorang guru dihadapkan pada sebuah tantangan atau masalah yang menuntut kreativitas berpikir dalam menyelesaikan. Guru tersebut tidak mampu menyelsaikan karena hanya berkutat pada satu jalan keluar  kemudian ada guru lain yang dapat membantunya melalui cara yang tidak terpikir olehnya. Ia mungkin berkomentar  ”Kenapa tidak terpikir sampai kesana ya ?”
Komentar seperti tadi dan mungkin disertai kekaguman juga pernah terlontar pada saat kita melihat sebuah hasil karya rekan guru, tanggapan atau ide yang disampaikan rekan guru pada suatu forum tertentu. Mengapa guru lain dapat berpikir atau dapat menghasilkan suatu karya yang tidak terpikir oleh kita? atau mengapa guru lain mampu menyelesaikan persoalan dengan lebih cepat dengan cara yang unik dan mencapai hasil yang baik? Hal itu dapat terjadi karena guru tersebut memiliki keterampilan berpikir memecahkan masalah secara kreatif.
Apakah setiap guru dapat belajar mengembangkan keterampilan berpikir memecahkan masalah? Ya, Setiap guru dapat belajar untuk mengembangkan berpikir kreatif dan mengintegrasikan kemampuan tersebut dengan keterampilan-keterampilan  berpikir tingkat tinggi lain, sehingga mampu menyelesaikan berbagai permasalahan. Belajar mengeksplorasi mimpi dan berbagai kemungkinan dengan mengembangkan kepekaan terhadap petualangan, kejutan, kenyamanan dan kesenangan, sehingga memfasilitasi ide-ide baru dan pemecahan masalah secara inovatif sesuai kebutuhan. Ide-ide tersebut berbeda dan menunjukkan kualitas yang tinggi.
Saat ini perubahan kehidupan berlangsung sangat cepat dan kompleks dengan berbagai tantangan dan permasalahan. Setiap guru dituntut untuk fleksibel, kritis, dan terampil berpikir kreatif, sehingga mampu menangani permasalahan dan menemukan solusi yang melibatkan lingkungan sosial maupun fisik.
Jadi apa itu kreativitas? Bagaimana mengembangkan keterampilan berpikir kreatif? Bagaimana memecahkan masalah secara kreatif dan bagaimana kita mampu memfasilitasi orang lain untuk berpikir kreatif dan bertindak kreatif ?
Menurut Lumsdaine (1995), kreativitas adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan lingkungan  sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan guru untuk mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna.
Pernahkah kita merasa pemikiran kosong atau merasa tidak berdaya karena tidak dapat berbuat apa-apa? Kreativitas merupakan aktivitas dinamis  dalam diri kita yang melibatkan proses mental pada alam sadar maupun di bawah sadar. Pada saat kita mengatakan dalam alam bawah sadar tidak mampu melakukan maka secara sadar kita menjadi tidak mampu melakukan. Sebaliknya pada saat kita menunjukkan kemampuan kita melakukan sesuatu secar sadar maka akan tumbuh keberhargaan diri pada alam bawah sadar dan tertampilkan kembali dalam sikap percaya diri. 
Kreativitas melibatkan keseluruhan otak. Seorang guru akan bertindak kreatif manakala mempergunakan potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua belahan otak, otak kiri dan otak kanan.  Otak kiri yang mengatur kemampuan logika dan otak kanan yang mengatur humanistis. Implikasinya setiap persoalan yang datang dilihat tidak hanya dari kacamata logika tetapi berbagai dimensi yang menyertainya. Contoh sederhana, jika seorang siswa bertanya kepada Guru apa guna pensil? Jawaban secara logika adalah alat untuk menulis atau menggambar sesuai dengan fungsi utama. Mari kita menggunakan otak kanan, dengan bentuk dan kondisinya pensil dapat dipergunakan untuk mengganjal jendela, konde rambut ataupun pembatas halaman buku, dsb.
Kreativitas mengekspresikan  kualitas solusi penyelesaian masalah. Kunci kreativitas adalah kemampuan menilai permasalahan dari berbagai sudut pandang sehingga menjadi solusi yang lebih baik. Sudut pandang yang berbeda akan menstimulasi beragam ide dan mengembangkan struktur kognitif baru. Contoh seorang anak mungkin dipandang bodoh oleh manakala memperoleh nilai 2 pada saat ulangan Bahasa Indonesia. Pertanyaannya mengapa? akan merujuk pada berbagai kemungkinan kondisi anak. Apakah anak tidak mengalami gangguan fisik yang menghambat penerimaan materi belajar? Apakah anak tidak memiliki alat penunjang belajar? Ada berapa anak yang memperoleh nilai 2? Pada pelajaran lain berapa nilai yang dapat diperoleh? Itu beberapa pertanyaan yang dapat kita ajukan sebagai seorang guru jika kita melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Jawaban berbeda dari beragam pertanyaan akan memberikan gambaran masalah utama yang dihadapi anak, sehingga memfasilitasi kita untuk menetapkan solusi bantuan yang paling mungkin dilakukan secara tepat.
Menurut Mamat Supriatna (2006), kreativitas adalah kemampuan cipta, karsa dan karya seseorang untuk dapat menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat ditemukan dengan menghubungkan atau menggabungkan sesuatu yang sudah ada. Kreativitas adalah bakat yang dimiliki oleh setiap orang yang dapat dikembangkan dengan pelatihan dan aplikasi yang tepat. Banyak studi telah dilakukan tentang perilaku kreatif dari para musisi, ilmuwan besar, arsitek, pujangga, dan pelukis. Hasilnya adalah bahwa proses kreativitasnya sama, baik kreativitas itu terpusat pada pemecahan masalah sehari‑hari, atau penemuan ilmiah tingkat tinggi.
Lakukan berbagai cara yang beragam untuk melakukan suatu aktivitas, refleksi apakah memberi cara yang lebih efektif, efisien, dan produktif? Perhatikan reaksi atau komentar orang lain terhadap penampilan/kinerja/unjuk kerja kita apakah menunjukkkan apresiasi yang positif dan kepuasan? Hal tersebut merupakan indikator sederhana apakah kita kreatif atau tidak.  Jika kita dan orang lain berusaha kreatif maka kita akan lebih kreatif. Mengembangkan perilaku kreatif dimulai dengan mengembangkan kemampuan berpikir kreatif.
 
B. Mengapa Guru Perlu Mengembangkan Kreativitas
Guru diberi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai situasi dan tantangan perkembangan pendidikan. Perubahan dan perkembangan dalam dunia pendidikan berimplikasi kepada guru untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan tepat. Seringkali tingkat keragaman dan kedalaman permasalahan dalam pendidikan, terutama menyangkut pembelajaran di sekolah sangat tinggi dan kompleks. Hal itu dikarenakan tantangan dan permasalahan pembelajaran dapat berasal dari faktor ekstern guru seperti siswa yang tidak semangat belajar, media pembelajaran yang kurang memadai, dsb. maupun intern guru seperti kurang menguasai teknologi informasi, dsb. Guru seyogianya dapat memikirkan dan bertindak dengan cara yang tepat untuk dapat menguraikan kompleksitas tantangan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk menjawab berbagai masalah tersebut. Untuk itulah guru membutuhkan kretaivitas.
Kemampuan beradaptasi guru dipengaruhi oleh bagaimana guru memandang suatu permasalahan. Apakah permasalahan dianggap sesuatu yang menyulitkan, merugikan, dan mengancam diri atau permasalahan dipandang sebagai tantangan yang membuat diri menjadi lebih tahu, terampil, atau mampu bertindak lebih baik. Orientasi memandang suatu persoalan merupakan kunci awal seorang guru memiliki kreativitas. Pandangan positif memfasilitasi berkembangnya imajinasi tentang kondisi yang harus dihadapi sehingga persoalan dapat dilihat secara komprehensif. Imajinasi berbagai pengalaman sendiri dan atau orang lain yang dimaknai sebagai  proses belajar memberi peluang pada diri guru untuk melihat berbagai kemungkinan  atau alternatif tindakan yang dapat dilakukan.
Di sekolah seorang guru dapat menerapkan pola pembelajaran yang  memiliki semangat untuk meningkatkan kreativitas. Dalam konteks pembelajaran siswa, guru dapat tetap tegas bertindak atas dasar aturan-aturan baku namun tetap memberikan kesempatan dan memfasilitasi peningkatan kreativitas positif siswa. Berbagai alasan dari mulai tabu, pamali, kata orang tua, tidak menjadikan seorang guru membatasi kreativitas siswa, tetapi menjadikan kreativitas guru dan siswa selaras sesuai norma dan nilai yang baik.
Bersikap kreatif membawa dampak positif pada diri guru dan siswa. Pada diri guru mendorong aktulisasi potensi yang dimiliki. Bagi siswa memberikan kepuasaan karena tindakan yang dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, memberi hasil yang lebih tepat, hasil yang lebih banyak, dan merupakan hasil karya yang orisinal dan unik.
 
C.      Proses Kreatif
Proses kreatif dapat digambarkan dalam empat tingkatan, yaitu:
1.      Tingkat persiapan, usaha dibuat oleh guru untuk memahami dan mengerti tentang kebutuhan personal. Guru memberikan perhatian secara mendetail terhadap objek sehingga dipahami secara utuh dalam berbagai dimensi sudut pandang. Sudut pandang paling tidak meliputi kondisi fisik objek, kegunaan atau manfaat, serta suasana atau situasi yang terbentuk karena keberadaan objek. Kebutuhan guru akan terkait dengan ketiga sudut pandang secara parsial, kombinasi maupun sebagai keutuhan. Contoh pada saat melihat kursi siswa, guru akan memberikan perhatian dari sisi fisik apakah bentuknya cukup mewakili sebuah kursi atau tempat untuk duduk dan apakah tidak ada bagian yang membahayakan. Dari sudut pandang kegunaan atau manfaat apakah kursi cukup kuat untuk diduduki atau menahan berat badan siswa. Dari sudut pandang suasana atau situasi yang tercipta apakah posisi kursi tidak menghalangi siswa atau guru berjalan, mendukung suanasana kelas yang menyamankan dan apakah cukup pantas untuk menempati bagian dari ruangan.
2.      Tingkat inkubasi (pengeraman), yaitu upaya untuk mengembangkan ide dari perhatian yang diberikan untuk menjawab persoalan yang dihadapi guru. Contoh : pada saat sekolah memiliki ruangan  dengan ukuran tertentu yang harus menampung sejumlah siswa untuk duduk dan menulis, maka bentuk dan ukuran kursi seperti apa yang harus dibuat atau dibeli sehingga memenuhi tujuan yang diharapkan.
3.      Tingkat wawasan, yang membawa guru pada pengertian baru. Artinya terbuka kemungkinan terjadi perubahan bentuk, ukuran dan fungsi dari suatu objek untuk memenuhi beberapa tujuan yang diharapkan. Contoh: ruangan yang ada tidak memungkinkan diisi dengan meja dan kursi karena akan membuat siswa tidak leluasa bergerak. Hal yang dibutuhkan adalah kursi yang juga berfungsi sebagai meja dan tempat menyimpan barang/tas, cukup ringan untuk dipindahkan dan dirapikan dengan cara melipat kursi, mampu menahan beban sebarat 30 – 50 kg dan tinggi 120 – 160 cm, serta cukup memberi ruangan untuk bergerak keluar dan duduk.
4.      Tingkat pengesahan/penemuan, yang menyadarkan guru tentang ide kreatif pengesahan atau tingkat implementasi. Upaya mewujudkan ide dalam bentuk nyata. Contoh: untuk memperoleh kursi sesuai kebutuhan pada tingkat wawasan awalnya perlu dibuatkan gambar, mempertimbangkan bahan, mengerjakan, menata dalam ruangan dan memanfaatkan benda baru.
 
D.      Ciri-ciri Guru Kreatif
Guru yang kreatif memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.      Cenderung melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri.
2.      Cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan.
3.      Tidak takut untuk mencoba hal-hal baru asalkan positif.
4.      Mau belajar mempergunakan pendekatan, metode, teknik, strategi, media, alat peraga, dan peralatan inovatif dalam pembelajaran.
5.      Tidak takut dicemooh karena berbeda dari kebiasaan.
6.      Tidak malu bertanya berbagai informasi tentang sesuatu hal yang dianggap menarik.
7.      Tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh.
8.      Toleran terhadap kegagalan dan frustasi.
9.      Memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda.
10.  Melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap berdasar pada integritas,  kejujuran, menjujung sistem nilai,  dan bertujuan positif.
11.  Tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif.
 
 
Diadaptasikan dari:
Buku Kompetensi Kepribadian 01 – B3
Kreativitas”, Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal  Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenagakependidikan Departemen Pendidikan Nasional 2008

Tuesday 27 May 2014

KOMPETENSI GURU DAN IMPLIKASINYA


Tulisan ini saya saya buat untuk mencoba belajar berdasrakan pengalaman kuliah. Dulu sewaktu kuliah saya mendapat tugas untuk membuat makalah tentang Kompetensi Guru. Dalam kesempatan ini saya mencoba membuat tulisan tentang Kompetensi Guru dan Implikasinya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan rekan-rekan guru.
 
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indone-sia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

 
1.   Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan intelektual.

Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang berbeda.

Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Guru harus mampu mengoptimalkan potensi peserta didik untuk meng-aktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang diamati, yaitu:

a.       Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual.

b.      Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c.       Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.

d.      Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e.       Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f.       Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h.      Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.

i.        Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

 

2. Kompetensi Kepribadian

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas masa depan bangsa. Walaupun berat tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugasnya harus tetap tegar dalam melaksa-kan tugas sebagai seorang guru.

Pendidikan adalah proses yang direncanakan agar semua berkembang melalui proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus dapat mempengaruhi ke arah proses itu sesuai dengan tata nilai yang dianggap baik dan berlaku dalam masyarakat.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mem-pengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan sebagai anggota masyara-kat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasil-kan sikap mental, watak dan kepribadian siswa yang kuat. Guru dituntut ha-rus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mema-tuhi aturan/tata-tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewa-jibannya.

Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a.       Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b.      Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

c.       Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d.      Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.

e.       Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

 

3.   Kompetensi Sosial

Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupkan suritauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinnya kemampuan tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.

Kriteria kinerja guru yang harus dilakukan adalah:

a.       Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.

b.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendi-ik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c.       Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d.      Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

 

4.   Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pem-belajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu memperbaruai, meningkatkan, dan menguasai materi pelajaran yang disaji-kan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Kompetensi atau kemampuan kepribadian, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek:

a.       Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latih-an, pengalaman, dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

b.      Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu di-ciptakan dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemu-kan fakta dan konsep yang benar. Karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil ber-main, sesuai kontek materinya.

c.       Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip didaktik metodik sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagai-mana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.

d.      Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar.

Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati dari aspek-aspek:

a.       Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendu-kung mata pelajaran yang diampu.

b.      Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c.       Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

d.      Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri


Sumber:

Buku Penilaian Kinerja dari
Direktorat Tenaga Kependidikan; Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan; Departemen Pendidikan Nasional 2008
 

Featured post

Pengertian Rubrik

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI : Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media cetak baik surat kabar maup...