Monday 28 August 2017

Contoh Soal Ulangan Harian Matematika untuk Kelas 5 Semester 1

ULANGAN HARIAN MATEMATIKA

Nama              : ....................................................
Kelas              : ....................................................
No. Absen      : ....................................................
Hari, tanggal  : ....................................................

Materi:
1. Sifat komutatif, asosiatif, dan distributif
2. Menaksir hasil pengerjaan hitung dua bilangan

Petunjuk:
Kerjakan soal-soal berikut dengan benar!
Waktu pengerjaan 35 menit.
Kerjakan sendiri-sendiri tanpa mencontek!

Soal:
Manfaatkan sifat komutatif, asosiatif, dan distributif yang sudah kamu pelajari!
1.    4 x 5 x 6
2.    29 x 10 x 20
3.    54 x 2 x 5
4.    125 x 9 x 16
5.    12 x 44
6.    9 x 57
7.    15 x 44
8.    11 x 38
9.    25 x 79
10.  30 x 93

Taksirlah hasil penjumlahan dan perkalian berikut ke puluhan terdekat!
11.    44 + 87
12.    68 + 113
13.    323 + 43
14.    89 + 117
15.    165 + 32
16.    11 x 57
17.    15 x 44
18.    21 x 38
19.    25 x 79
20.    30 x 199

Taksirlah hasil penjumlahan dan perkalian berikut ke ratusan terdekat!
21.    144 + 187
22.    168 + 163
23.    323 + 73
24.    189 + 187
25.    125 + 132
26.    211 x 177
27.    75 x 144
28.    91 x 188
29.    95 x 109
30.   110 x 102

Friday 25 August 2017

100 Hari Soal Pemantapan Ujian SD/MI (ke-7)

(Konsep Pangkat Tiga)

Contoh:
Perhatikan dan pahami contoh-contoh berikut!
1.   203 = ....
Jawab:
203 = 20 x 20 x 20 = 8.000
Jadi, 203 = 8.000

2.  53 + 33 = ....
Jawab:
53 = 5 x 5 x 5 = 125
33 = 3 x 3 x 3 = 27
125 + 27 = 152
Jadi, 53 + 33 = 152

Latihan 7
Kerjakan s0al-soal berikut dengan benar!
Kerjakan seperti contoh! (waktu pengerjaan maksimal : 45 menit)
1.    303 = ....
2.      313 = ....
3.      323 = ....
4.      333 = ....
5.      343 = ....
6.      353 = ....
7.      363 = ....
8.      373 = ....
9.      383 = ....
10.  393 = ....
11.  Hasil dari 453 - 333 = ....
12.  Hasil dari 463 - 143 = ....
13.  Hasil dari 453 - 403 = ....
14.  Hasil dari 413 + 363 = ....

15.  Hasil dari 423 + 473 = ....

Monday 21 August 2017

Bilangan Prima



Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki faktor 1 dan bilangan itu sendiri.

Menentukan bilangan prima
Perhatikan contoh berikut!
Tentukan bilangan-bilangan berikut termasuk bilangan prima atau bukan bilangan prima!
1)  2
     Jawab:
     2 = 1 x 2
     (2 hanya mempunyai faktor 1 dan 2)
     Jadi, 2 termasuk bilangan prima.

2)  4
     Jawab:
     4 = 1 x 4
     4 = 2 x 2
     (4 mempunyai faktor 1, 2, dan 4)
     Jadi, 4 bukan bilangan prima

Latihan:
Tentukan bilangan-bilangan berikut termasuk bilangan prima atau bukan bilangan prima!
Kerjakan seperti contoh!
1)   5
2)   6
3)   7
4)   8
5)   9
6)   10
7)   11
8)   12
9)   13
10) 14

Sumber Belajar:
Y.D. Sumanto, dkk. (2008) Gemar Matematika 5 untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan

Friday 18 August 2017

Oyek dari Dusun Blancir

      Pukul tiga dini hari ketika matahari belum memunculkan sinarnya, azan subuh pun belumlah berkumandang. Oyek sudah mulai aktivitasnya, paling awal adalah berangkat ke pasar untuk kulakan. Ya, oyek. Oyek adalah sebutan bagi penjaja sayur di Dusun Blancir. Oyek menjajakan sayur mayur, bumbu dapur, dan jajan pasa keliling dusun-dusun, desa-desa, atau perumahan-perumahan dengan menggunakan sepeda motor. Mereka berangkat aktivitas ke-oyek-kannya pada pukul tiga pagi. Biasanya mereka ke pasar Grabag atau Tegalrejo, Magelang untuk kulakan. Azan subuh biasanya mereka selesai kulakan. Seusai kulakan para oyek kemudian sholat subuh di masjid atau mushola yang mereka jumpai.
      Seusai sholat shubuh mereka bergegas keliling untuk menjual sayur mayur. Daerah yang sering dijadikan pasaran mereka adalah Yogyakarta. Para oyek biasanya ke dusun-dusun atau desa-desa di wilayah Sleman. Selain itu tak jarang mereka keliling perumahan-perumahan setelah terlebih dahulu meminta izin pos keamanan. Para oyek sudah memiliki langganan tersendiri dan wilayah tersendiri, jadi meskipun para oyek jumlahnya terbilang banyak, tetapi tidak sampai menimbulkan persaingan yang tidak sehat.
      Sekitar pukul 11.00 WIB para oyek biasanya sudah pulang. Dagangannya sudah habis. Penghasilan bersih para oyek berkisar Rp 50.000-Rp 150.000/hari. Kehidupan ekonomi para oyek pun dapat dikatakan stabil. Mereka dapat berdagang Senin-Minggu, sedangkan Jumat untuk libur. Para oyek dapat menabung untuk membeli kendaraan bermotor juga membangun rumah permanen dari hasil berjualan sayur.

Monday 14 August 2017

100 Hari Soal Pemantapan Ujian SD/MI (ke-6)

Latihan 6
Selesaikan soal-soal dibawah ini sesuai aturan pengerjaan operasi hitung campuran!
1.   5.000 - 80 x 60 + 720 : 80 = ....
2.   600 + 1.200 : 40 - 25 x 6 = ....
3.   50 x 60 - 400 : 10 + 75 = ....
4.   50 : 5 x 75 + 25 - 80 = ....
5.   6 x 75 + 1.500 : 30 - 125 = ....
6.   (2.000 - 500) : 5 + (5 x 60) = ....
7.   (850 + 150) : 5 - (15 x 10) = ....
8.   (750 - 300) x (100 : 25) - (500 : 2) = ....
9.   50 x (60 + 40) : 50 - (40 : 4) = ....
10. (75 + 325) x 2 + (125 : 25) = ....

Sumber Belajar:
Jaufar, dkk. (2007). Cerdas Bersama Matematika. Pelajaran Matematika untuk Kelas 6 SD. Jakarta: Ganeca Exact

Thursday 10 August 2017

Konteks dalam Pendidikan Realistik Matematika Indonesia (PMRI)

      Penggunaan konteks merupakan salah satu karakteristik PMRI. Menurut Treffers (dalam Ariyadi 2012), konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak harus berupa masalah dunia nyata, tetapi dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan dapat dibayangkan dalam pikiran siswa.
      Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi suatu permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, namun juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan. Menurut Kaiser (dalam Ariyadi 2012), manfaat lain penggunaan konteks pada awal pembelajaran ialah untuk meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar matematika. 
     Konteks dalam pembelajaran PMRI bukanlah berfungsi sebagai suatu ilustrasi atau sebagai bentuk aplikasi setelah konsep matematika dipelajari siswa. Konteks dalam PMRI ditujukan untuk membangun ataupun menemukan kembali suatu konsep matematika melalui proses matematisasi.    
    Untuk dapat menentukan dan menggunakan konteks yang baik dalam PMRI, maka perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Konteks menarik perhatian siswa dan mampu membangkitkan motivasi untuk belajar matematika (De Lange dalam Ariyadi 2012)
2. Bagi siswa penggunaan konteks bukan sebagai aplikasi suatu konsep matematika yang telah mereka pelajari, melainkan sebagai titik awal dalam membangun suatu konsep matematika oleh siswa. Bagi guru perlu menggunakan strategi agar konteks yang diberikan kepada siswa memuat suatu konsep atau terapan matematika yang bermakna bagi anak
3. Konteks sebaiknya tidak menyangkut hal-hal pribadi atau personal ataupun menyinggung SARA(Suku Agama dan Ras Antar golongan), karena akan sensitif dan dapat menimbulkan perasaan emosional siswa.
4. Memperhatikan kompetensi dasar atau pengetahuan awal yang dimiliki siswa.
5. Konteks tidak bias gender atau jenis kelamin.

Sumber belajar:
http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2007/paper_pdf
Ariyadi Wijaya (2012) Pendidikan Matematika Realistik. Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wednesday 9 August 2017

30 Hari Soal Pemantapan Ujian IPA SD/MI (ke-1)

1. Burung hantu mencari makan pada malam hari.
 
    Ciri khusus yang dimilik burung hantu adalah ....
    a. kaki berperekat
    b. penglihatan yang tajam
    c. kaki dan leher panjang
    d. paruh bersudu

2. Pemerintah melarang eksploitasi terumbu karang karena dapat menyebabkan ....
    a. ikan kehilangan tempat tinggal
    b. bertambahnya populasi ikan
    c. keseimbangan ekosistem terjaga
    d. meningkatnya jumlah terumbu karang

3. Teratai dapat mengambang di air karena ....
    a. berakar serabut
    b. berbatang panjang
    c. berdaun lebar
    d. berbunga besar

4. Cermati ciri-ciri parung burung berikut!
    I.    Paruh burukuran besar berbentuk seperti kantung
    II.  Paruh berbentuk seperti sendok
    III. Paruh berukuran kecil dan runcing
    IV. Paruh berlekuk, kuat, dan tajam

    Burung pemakan ikan, memiliki ciri paruh yang ditunjukkan nomor ....
    a. I
    b. II
    c. III
    d. IV

5. Sagu adalah salah satu bahan makanan alternatif pengganti beras.
    Sagu diambil dari tanaman sagu bagian ....
    a. daun
    b. akar
    c. bunga
    d. batang

6. Eceng gondok dapat mengapung di air dalam posisi seimbang, sehingga tidak tenggelam.
    Hal itu dikarenakan ....
    a. akarnya berjumlah banyak dan berat
    b. daunnya berlapis lilin
    c. batangnya mengembung
    d. tangkai bungannya panjang

7. Kelelawar mencari makanannya menggunakan ....
    a. indra penciuman yang tajam
    b. kemampuan melakukan ekolokasi
    c. indra penglihatan yang tajam
    d. kemampuan terbang dengan cepat

8. Terdapat ciri-ciri hewan sebagai berikut.
    I.   tidak berdaun telinga
    II.  tidak memiliki kelenjar susu

    Berdasarkan ciri tersebut, hewan berkembang biak dengan ...
    a. bertelur
    b. melahirkan
    c. bertelur dan beranak
    d. beranak

9. Tanaman kaktus mempunyai daun berupa duri yang berguna untuk ....
    a. menyimpan air di pangkal
    b. melindungi dari terik matahari
    c. melindungi batang dari panas
    d. mengurangi penguapan

10. Pada musim hujan, daun pohon itu sangat rimbun dan subur. Akan tetapi, pada musim kemarau daun pohon itu meranggas.
     Pohon yang memiliki ciri tersebut adalah ....
     a. mahoni
     b. kaktus
     c. kelengkeng
     d. rambutan

Monday 7 August 2017

Pengalaman Matematis dalam Permainan Tradisional Anak-anak di Dusun Blancir

(Refleksi untuk Konteks Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI))
Oleh. Pak Do

     Pernahkah Anda bermain tomprang? Kapan Anda terakhir bermain jilumpet? Apakah gachuk-Anda menangan saat digunakan bermain gatheng? Masihkan putra-putri Anda mengenal permainan pasar-pasaran? Berapa kali menangkah Anda dalam bermain kelereng? Pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup mudah untuk dijawab, tetapi terkadang tidak terpikir ketika dulu bermain, dalam permainan tradisional tersebut telah mendapatkan pengalaman matematis.
    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengalaman adalah yang pernah dialami, dijalani, dirasai, ditanggung, dan sebagainya. Sedangkan menurut KBBI, matematis adalah bersangkutan dengan matematika; bersifat matematika. Berdasarkan pengertian tersebut penulis mebuat kesimpulan bahwa pengalaman matematis adalah hal yang pernah dialami berkaitan atau mendukung pembelajaran matematika.
   Merefleksikan dan mendiskusikan pengalaman matematis sangatlah menarik. Pengalaman matematis erat kaitannya dengan pendidikan matematika yang memang menjadi fokus perhatian tersendiri dari dulu hingga sekarang, dan insyaallah akan terus berkembang seiring kehidupan manusia itu sendiri. Memang pendidikan matematika tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan anak-anak sehari-hari, baik secara konteks praktis, budaya, sosial, maupun profesional. Hal itu bersesuaian dengan tujuan pendidikan matematika itu sendiri. 
       Menurut Mathematical Sciences Education Board-National Research Council (1990), ada empat rumusan tujuan pendidikan matematika, yaitu:
1. Tujuan praktis (practical goal)
     Tujuan praktis berkaitan dengan pengembangan kemampuan untuk menggunakan matematika dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan kemasyarakatan (civic goal)
     Tujuan ini berorientasi pada kemampuan untuk berpartisipasi secara aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan. Tujuan ini terkait dengan pengembangan kemampuan sosial dan kecerdasan intrapersonal dalam kehidupan bermasyarakat. 
3. Tujuan profesional (professional goal)
        Pendidikan matematika bertujuan untuk mempersiapkan siswa dalam dunia kerja. Secara umum tujuan ini selaras dengan pandangan sebagian masyarakat bahwa matematika dapat digunakan untuk alat mencari pekerjaan.
4. Tujuan budaya (cultural goal)
     Pendidikan matematika merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk budaya. Pendidikan matematika merupakan hasil kebudayaan dan sekaligus sebagai suatu proses untuk mengembangkan suatu kebudayaan.

     Berdasarkan tujuan pendidikan matematika di atas, penulis mencoba untuk mengidentifikasi pengalaman matematis yang terdapat dalam permainan tradisional di Dusun Blancir. Identifikasi bertujuan untuk menggambarkan secara sederhana bagaimana permainan tradisional ternyata turut mendukung terbentuknya pengalaman matematis anak-anak di Dusun Blancir. Permainan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai pilihan konteks implementasi pendekatan matematika realistik Indonesia (PMRI) dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar. Akantetapi secara data statistik masih perlu ada kajian ilmiah tentang efektifitas pemainan tradisional sebagai konteks dalam PMRI.
     Identifikasi pengalaman matematis dalam permainan tradisional anak di Dusun Blancir, adalah sebagai berikut:
1. pasar-pasaran
         Permainan pasar-pasaran biasa dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Dalam permainan pasar-pasaran ada kegiatan jual-beli yang melibatkan hitung menghitung sederhana. Ada anak yang berperan sebagai penjual, ada anak yang berperan sebagai pembeli. Pengalaman matematis yang dialami anak antara lain tergambar dalam dialog sebagai berikut.
...
Penjual: "Bade tumbas nopo?"
Pembeli: "Cethil?" 
(cethil adalah makanan tradisional khas di Dusun Blancir dan sekitarnya, terbuat dari ketela, berasa manis, gurih, dan kenyal)
Penjual: "Pinten pincuk?"
(pincuk adalah wadah makanan terbuat dari daun pisang yang dikaitkan dengan biting atau potongan lidi daun kelapa)
Pembeli: "Setunggal pincuk, mawon. Pinten regine?"
Penjula: "Setunggal ewu."
Pembeli: "Kulo tumbas kaleh pincuk mawon. Niki artane."
(sambil menyodorkan daun wora-wari sebagai ganti uang)
...
2. dolanan gatheng
     Gatheng adalah permainan yang dilakukan oleh sekelompok anak menggunakan batu kali kecil berbentuk bulat-bulat halus sebagai gachuk dan sejumlah batu kali kecil bulat-bulat halus untuk dikrukup. Aturan sederhananya disediakan sejumlah batu krikil untuk disaruk, bisa 20, 25, atau 30 sesuai kesepakatan. Sejumlah batu disaruk secara bergiliran, kemudian gachuk dilempar dan ditangkap sambil ngrukup batu, bisa satu batu dua batu atau tiga batu sekaligus, tetapi ketika ngrukup tidak boleh onggreh dan kranthil atau menyentuh batu yang lain. Pengalaman matematis yang dialami anak dalam permainan gatheng antara lain tergambar dalam kegiatan menghitung berapa banyak batu yang berhasil dikurkup oleh anak. Ketika batu telah habis dikrukup semua, anak akan menghitung hasil krukupannya 1, 2, 3, 4, dan seterusnya. Pemenang permainan adalah anak yang memperoleh batu krukupan terbanyak. Pemenang permainan berhak untuk meng-gethok (memukul dengan bagian sisi dalam tangan yang terkepal) lutut permainan yang kalah, sejumlah gethokan yang disepakati, bisa 10 kali atau 15 kali.

3. dolanan tomprang
     Tomprang ada yang menyebutnya gaburan adalah sebuah permainan menggunakan gambar berbentuk persegi panjang dengan ukuran sekitar 10cm x 5cm. Permainan ini dilakukan dengan cara melempar ke udara kartu sebagai gachuk. Pelemparan dapat bebesa dengan sudut berapapun, bisa munggah (tegak lurus), ndleser(30 derajat), nyiku(mendatar), atau miring(45 derajat). Ketika melempar biasanya anak akan berteriak "tomprang". Setelah gachuk sampai di tanah, gachuk yang tengkurep atau tidak terlihat gambar dianggap kalah, gachuk yang mlumah atau terlihat gambarnya menang. Jika ada satu atau lebih yang mlumah maka gachuk yang mlumah dilempar ulang lagi. Biasanya gachuk yang menang akan mendapatkan hadiah berupa kartu gambar oleh setiap peserta permainan sejumlah yang disepakati bisa 3, 4, 5, dsb. Pemenangnya adalah siapa yang mendapat kartu gambar terbanyak. Pengalaman matematis yang dialami anak dalam permainan tomprang adalah  anak akan menghitung 1, 2, 3, 4, dan seterusnya untuk memberikan hadiah kepada peserta yang menang.

4. jilumpet
        Permainan ini adalah petak umpet dalam bahasa Indonesia. Ada anak yang jaga ada anak yang ngumpet atau bersembunyi. Pengalaman matematis dalam permainan jilumpet adalah ketika anak yang jaga biasanya akan menghitung 1, 2, 3, 4, ... dan seterusnya sampai semua anak selesai bersembunyi. Anak yang jaga kemudian mencari anak-anak yang bersembunyi. Anak yang bersembunyi akan berusaha diam-diam jetung atau menyentuh tempat anak yang jaga tanpa diketahui atau tersentuh anak yang jaga.

5. kelereng
         Permainan tradisional ini sudah umum dan dikenal masayarakt luas. Ada yang menyebut gundhu. Jika di Dusun Blancir disebut bermain setin. Permainan kelereng menggunakan bola kecil  terbuat dari kaca berdiamter kurang lebih 1,5cm. Permainan tradisional kelereng memberikan pengalaman matematis menghitung jumlah kelereng ketika menang. Dalam permainan kelereng anak mendapatkan pengalaman matematis menggambar bangun datar, Bangun datar yang biasa digambar adalah persegi, persegi panjang, segitiga, dan lingkaran. Selain itu ada bangun gabungan seperti bingtang yang terdiri atas gabungan beberapa segitiga, kotak-kotak yang terdiri atas bangun persegi panjang.

      Berdasarkan identifikasi di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman matematis juga didapatkan dalam permainan tradisional anak-anak di Dusun Blancir, meski secara tidak mereka sadari. Pengalaman matematis sangat bermakna bagi anak-anak. Pengalaman matematis yang bermakna tersebut dapat dimodifikasi dan diadaptasikan sedemikian rupa agar bisa hadir atau dirasa lebih dekat dalam pembelajaran-pembelajaran di sekolah dasar khususnya kelas bawah. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah menggunakan permainan tersebut sebagai konteks dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI. Menurut Ariyadi Wijaya (2012), suatu permainan dapat digunakan sebagai masalah realistik dalam PMRI. Penggunaan masalah realistik (context problems) dalam PMRI digunakan sebagai fondasi dalam membangun matematika atau sumber pembelajaran (a source for learning). Akan tetapi tentunya butuh penelitian lebih lanjut secara sistematis dan ilmiah semisal Penelitian Tindakan Kelas (PTK), agar penggunaan permainan tradisional sebagai konteks dalam implementasi PMRI tersebut dapat efektif dan berdampak secara positif pada peningkatan prestasi belajar siswa.

Sumber Belajar:
Ariyadi Wijaya. (2012) Pendidikan Matematika Realistik; Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
http://kbbi.kata.web.id/pengalaman
https://kbbi.web.id/matematis

Sunday 6 August 2017

Pengertian Tema Cerita

   Tema adalah pokok pikiran atau dasar sebuah cerita. Dalam sebuah cerita, penulis biasanya menampilkan permasalahan yang ia atau orang lain rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan tersebut dijadikan sebagai ide dasar dalam menuliskan cerita. Dalam materi pembelajaran tema di sekolah dasar, pada umumnya tema cerita yang diangkat adalah tentang budi pekerti. Pun dalam soal-soal ujian SD/MI tema budi pekerti sering dimunculkan sebagai salah satu pilihan jawaban yang benar.    
      Tema budi pekerti dapat kita temukan dalam berbagai macam cerita yang disajikan untuk siswa sekolah dasar. Berikut ini adalah salah satu contoh cerita anak yang bertemakan "Budi Pekerti". 

Prasangka

    Siang itu matahari bersinar terik. Anto menunggu angkutan kota di terminal. Anto tampak kepanasan. Ia menggunakan bukunya untuk menutupi kepalanya.
Ia menunggu cukup lama. Bahkan, ia sudah merasa bosan menyetop angkutan kota. Akan tetapi, tidak satu pun angkutan kota yang berhenti.
     Anto kembali melambaikan tangannya. Kali ini usahanya tidak sia-sia. Secepat kilat ia berlari menghampiri angkutan kota itu. Ia duduk di kursi yang masih tersisa. Ternyata hanya satu tempat duduk yang tersisa.
       Angkutan kota pun melaju. Perasaan kesal Anto mulai berkurang. Ia menarik napas panjang, lalu memperhatikan semua penumpang angkutan kota. Di sebelahnya, pria berkacamata hitam dan membawa tas berukuran besar.
      Pria berkacama hitam itu tidak mau diam. Sebentar-sebentar pria itu menggerak-gerakkan kaki dan tangannya ke arah Anto.
       Anto menyeka keringat, lau memperhatikan pria itu. Dug ...! Jantungnya berdetak kencang. Anto merasa takut. Ia teringat pesan ibu dan tante Yanti agar berhati-hati. Sering terjadi pemerasan dan pencopetan di angkutan kota. Ibu dan Tante Yati pernah mengalaminya.
     Ciri-ciri pencopetnya sama seperti yang diungkapkan oleh ibu dan Tante Yanti. Orang itu tidak mau diam. Ia memakai jaket, berkacamata hitam, dan membawa tas besar.
    Tiba-tiba Anto teringat uang tabungan di dalam tasnya. Ada pula uang seragam yang belum dibayarkan. Ia ingin pindah ke tempat duduk yang lain. Akan tetapi, itu tidak mungkin. Angkutan kota itu sudah penuh para penumpang. Ia ingin berteriak bahwa penumpang di sampingnya itu sorang pencopet.
    Tiba-tiba pria berkacamata hitam itu menghentikan angkutan kota. Pak sopir pun menepikan mobilnya. Anto merasa lega. Kekhawatiran Anto sama sekali tidak terbukti. Pria berkacamata itu tampak berjalan tertatih-tatih. Tanngannya seperti meraba sesuatu. "Hati-hati, Pak! Awas terbentur!" Kata sopir.
      Penumpang yang duduk dekat pintu pun turun. Penumpang itu menuntun pria berkacamata hitam. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas besarnya. Sebuah tongkat besi lipat berwarna perak. Anto terdiam keheranan. Pria berkacamata hitam itu ternyata seorang tunanetra. Untunglah, ia belum meneriaki pria itu sebagai pencopet. Anto malu karena telah berprasangka buruk kepadanya.

Dida Yogantara
Sumber: Kumpulan cerita anak dengan pengubahan dalam Imam Taufik, dkk. (2007)

      Jika kita cermati cerita tersebut tidak ada yang secara tersurat membahas tentang budi pekerti. Memang tema tidaklah dituliskan secara tersurat dalam sebuah cerita. Tema dapat kita ketahui dengan memahami isi cerita. Dari pemahaman isi cerita tersebut kita dapat menyimpulkan tema cerita. 
        Dari cerita berjudul "Prasangka", dapat dipetik suatu pembelajaran untuk anak, bahwa waspada itu baik tetapi sebaiknya jangan berprasangka buruk pada orang lain, meskipun orang tersebut belum kita kenal. Budi pekerti yang baik untuk anak pada saat bertemu orang lain misal di angkutan kota adalah waspada. Jika ada rasa was-was atau curiga dalam hati, sebaiknya anak punya keberanian untuk sekadar bertanya jawab atau mengobrol sederhana agar mengetahui serba sedikit tentang orang tersebut. Jika kita mengetahui atau mengenal sedikit, tentulah tidak timbul prasangka. 
    Beberapa contoh obrolan yang dapat kita gunakan untuk sekadar mengenal orang lain yang ada di samping kita ketika berada di angkutan umum dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
       "Bapak/ibu bade tindak pundi?" (Bapak/Ibu akan kemana?)
       "Bapak/ibu nembe saking tindak pundi? (Bapak/Ibu dari mana? ... dsb. 
       Pertanyaan atau obrolan sebaiknya sewajarnya dan secukupnya saja tidak berlebihan serta dengan bahasa yang santun. 

Thursday 3 August 2017

Parikan

Parikan kuwi padha karo pantun ing basa Indonesia.Supaya ora gampang lali dieling-eling wae yen tembung parikan kuwi asale saka tembung "pari" krama inggile dadi pantun.

Parikan nduweni paugeran:
1. Parikan rong gatra:
    - migunake purwakanthi guru swara (sajak): a - a
    - gatra kapisan minangka sampiran, gatra kaping loro minangka isi

Tuladha:
a.  Lombok rawit dibetheti
    Dadi murid sing taberi

b. Mancing wader oleh yuyu
    Ben pinter sregep sinau

c. Menang kalah aja nesu
    Dadi bocah kang satuhu

d. Blarak disampirke
    Omah cedhak ra ngampirke

e.  Enak jagung bakarane
    Wani tanggung perkarane

2. Parikan patang gatra:
    - migunakake purwakanthi guru swara (sajak): a - b - a - b
    - gatra kapisan lan kaping loro minangka sampiran, gatra kaping telu lan kaping papat minangka isi

Tuladha:
a.  Pait niki raos jamu
    Manis niki raos gendhis
    Sinten remen maos buku
    Luber ngilmu ugi wasis

b.  Aja dha dolanan kethu
    Yen nyokot angel carane
    Aja dha dolanan kertu
    Yen nyokot angel tambane

c.  Mlinjone kok abang-abang
    Wit ringin rambati kara
    Contone ra kurang-kurang
    Wong main dadi sengsara

d. Godhong jarak warnane ijo
    Dimamah dadi blokekan
    Lali anak lali bojo
    Lali omah lali gawean

Gladhen:
Parikan iki rampungna!
1. Tawon madu ngisep sekar
    Yen sinau ....

2. Brambang diiris-iris
    Mata abang ....

3. Jemek-jemek gula Jawa
    Aja ngenyek ....

4. Sepet-sepet sawo mentah
    Ngampet-ngampet selak ....

5. Wedang bubuk gula Jawa
    Yen kepethuk ....

Sumber Pasinaon:
Haryono, dkk. (2011) Sinau Basa Jawa Gagrag Anyar Kelas VI SD/Mi. Yogyakarta: Yudhistira

Tembung Garba lan Tembung Entar

Tembung Garba
Tembung garba yaiku jenise tembung kang ngemu surasa sak nyatane.
Tuladha:
1.  Ambar nyirami kembang ing plataran.
     kembang = sekar
2.  Sigit lara mata merga klilipen.
     mata = perangan awak kanggo ndeleng/nyawang.
3.  Tangane sing kecethit dipijetake.
     tangan = perangan awak sing kanggo gumlawat.

Tembung Entar
Tembung entar yaiku jenise tembung kang ngemu surasa ora sak nyatane utawa nduweni teges kang kias. Ing Basa Indonesia tembung entar diarani ungkapan. 
Tuladha:
1.  Septiana dadi kembang desa ing Desa Kweni.
     kembang desa = pepujaning priya
2.  Matane ijo nalika weruh dhuwit atusan ewu.
     matane ijo = seneng
3.  Ngati-ati bocah kae dawa tangane.
     dawa tangane = seneng colong jupuk/clemer

Gladhen:
Wenehana aksara (G) ukara kang ngemu surasa garba lan aksara (E) ukara sing ngemu surasa entar!
Tuladha:
Sandi kuwi landhep pikire, saben lomba mesthi juwara.
Tanganku kena peso landhep nganti metu getihe.

1. Pejabat sing korupsi dadi kembang lambe warga.     ( ... )
2. Sing putih iki jenenge kembang menur.    ( ... )
3. Kupinge abang amarga dijewer bapakne.    ( ... )
4. Omonganmu sing nylekit kuwi gawe abang kupingku.    ( ... )
5. Wong nggegem tangan wae kuwi adoh rejekine.    ( ... )
6. Tangane nggegem-nggegem kaya arep ngantem.    ( ... )
7. Ati sekilo disambel goreng lombok ijo.    ( ... )
8. Aja sok gawe lara atine wong liya, ora becik.    ( ... )
9. Bocah kok tipis lambene, apa-apa dicatur.    ( ... )
10. Tari lambene tipis, yen mbenges katon ayu.    ( ... )

Sumber Pasinaon:
Haryono, dkk. (2011) Sinau Basa Jawa Gagrag Anyar Kelas VI SD/MI. Yogyakarta: Yudhistira

Wednesday 2 August 2017

Soal Cerita Hasil Pengerjaan Hitung Dua Bilangan

Pak Sholeh ingin merenovasi rumahnya. Gunakan taksiran untuk membantu Pak Sholeh.
1. Panjang dan lebar rumah Pak Sholeh 16 meter dan 11 meter. Kira-kira berapa meter persegi luas rumah Pak Sholeh?

2. Satu kardus keramik dapat digunakan untuk menutup lantai seluas 2 meter persegi. Kira-kira berapa kardus keramik yang dibutuhkan Pak Sholeh untuk menutup lantai rumahnya?

3. Harga satu kardus keramik Rp 41.000. Apabila Pak Sholeh memiliki uang lima juta rupiah, kira-kira cukupkah uang tersebut untuk membeli keramik yang dibutuhkan?

4. Dinding rumah Pak Sholeh yang akan dicat ulang luasnya 53 meter persegi. Satu kilgram cat dapat digunakan untuk mengecat dinding seluas 12 meter persegi. Berapa kira-kira cat yang dibutuhkan Pak Sholeh?

5. Harga satu kilogram cat tembok Rp 10.450. Berapa kira-kira uang yang harus dibelanjakan Pak Sholeh untuk membeli cat?

Sumber Belajar: 
Y.D. Sumanto, dkk. (2008). Gemar Matematika 5 untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan

Menaksir Hasil Kali dan Hasil Bagi

Cara menaksir hasil kali atau hasil bagi dua bilangan, yaitu dengan membulatkan kedua bilangan kemudian hasil pembulatan dari kedua bilangan tersebut dikali atau dibagi.

Contoh:
Taksirlah hasil perkalian dan pembagian berikut dengan pembulatan ke puluhan terdekat!
1.  34 x 46
     Jawab:
     34 dibulatkan menjadi 30
     46 dibulatkan menjadi 50
     30 x 50= 1.500
     Jadi, 34 x 46 ≈ 1.500

2.  63 x 27
     Jawab:
     63 dibulatkan menjadi 60
     27 dibulatkan menjadi 30
     60 : 30 = 2
     Jadi, 63 x 27 ≈ 2

Latihan:
Taksirlah hasil perkalian dan pembagian berikut dengan pembulatan ke puluhan terdekat!
1.  87 x 42
2.  98 x 53
3.  119 x 23
4.  284 : 17
5.  357 : 76

Taksirlah hasil perkalian dan pembagian berikut dengan pembulatan ke ratusan terdekat!
1.  134 x 186
     Jawab:
     134 dibulatkan menjadi 100
     186 dibulatkan menjadi 200
     100 x 200 = 20.000
     Jadi, 134 x 186 ≈ 20.000

2.  1.494 x 122
     Jawab:
     1.494 dibulatkan menjadi 1.500
     122 dibulatkan menjadi 100
     1.500 : 100 = 15
     Jadi, 1.494 : 122 ≈ 15

Latihan:
Taksirlah hasil perkalian dan pembagian berikut dengan pembulatan ke ratusan terdekat!
1.  3.545 : 632
2.  4.512 : 862
3.  6.256 : 678
4.  5.267 x 98
5.  5.120 x 231

Sumber Belajar:
Y.D. Sumanto, dkk. (2008). Gemar Matematika 5 untuk Kelas V SD/MI. Jakarta: BSE Pusat Perbukuan
http://bimbel-sc.blogspot.co.id/2015/01/menaksir-hasil-perkalian-dan-pembagian.html

Featured post

Pengertian Rubrik

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI : Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media cetak baik surat kabar maup...