Friday 21 July 2017

Ongkek dari Dusun Blancir

      Ongkek merupakan salah satu kerajinan di Dusun Blancir. Ongkek adalah bentuk modifikasi dari tiang jemuran. Pada umumnya tiang jemuran di desa-desa berbentuk huruf T. Tiang jemuran di desa-desa kebanyakan terbuat dari kayu atau bambu yang dibentuk seperti huruf T. Tiang itu kemudian di tancapkan ke tanah dan dikat dengan rentangan tali untuk menghubungkan tiang satu dengan tiang lainnya. Tiang jemuran berbentuk T ini bersifat tetap tidak dapat dipindah. Hal itu menjadi masalah tersendiri bagi para ibu di desa jika musim hujan. Tentunya kadang merepotkan karena harus ngentasi atau memulung jemuran, padahal keburu hujan pada saat ibu-ibu sedang sibuk memasak, momong si kecil, atau aktivitas lain yang sedang nanggung tidak bisa ditinggal. Hal itu lah yang menjadi pemikiran para pengrajin di Dusun Blancir untuk memodifikasi tiang jemuran menjadi ongkek. Tujuannya sederhana untuk memudahkan ibu-ibu menjemur pakaian dan memulung pakaian jika musim hujan. 
      Pengrajin ongkek di Dusun Blancir ada beberapa orang, tetapi yang cukup dikenal sampai di beberapa desa sekitar adalah Pak Mami. Ongkek Pak Mami begitu saya menyebutnya, merupakan ongkek yang terbuat dari bambu petung. Bambu petung adalah salah satu jenis bambu besar yang bisa tumbuh hingga batangnya berdiameter sekitar 20cm. Ongkek Pak Mami dibuat dengan tinggi 160 cm dan lebar 200cm serta difinishing dengan cat minyak dengan warna biru, merah muda, hijau, atau sesuai pesanan . Ongkek dibuat dengan bentuk saling silang adegan dan saling palang dawanan. Ongkek Pak Mami dibuat dengan delapan adegan atau tiang penyangga utama ongkek, empat cendekan atau tiang penyangga, dan sembilan dawanan. Adegan, cendekan, dan palangan ongkek dirangkai sedemikan rupa, sehingga kalau dilihat dari samping seperti huruf Y dan V yang saling terhubung. Rangkaian ongkek ini dapat megar-mingkup sesuai kebutuhan. Jika digunakan ongkek dimegarke atau dilebarkan. Pada saat tidak digunakan atau ingin memindahkan ongkek cukup dimingkupke atau dimampatkan agar ringkas. 
      Adanya ongkek ternyata cukup membantu para ibu dalam aktivitas menjemur pakaian. Pada saat musim hujan pun kegiatan menjemur pakaian menjadi praktis, karena ongkek mudah dipindahkan jika sewaktu-waktu hujan. Ongkek dapat diletakkan di teras rumah untuk sekedar mengangin-anginkan pakaian kala hujan turun. Bobot ongkek pun tidak terlalu berat, berkisar 2-3 kg, sehingga ibu-ibu terbiasa memindahkan ongkek sendirian tanpa dibantu. Ongkek pun menjadi solusi utuk keluarga yang ingin memiliki tiang jemuran praktis tapi tidak memiliki uang cukup untuk membeli tiang jemuran lipat berbahan alumunium. Harga ongkek berkisar Rp 80.000-100.000. Ongkek barang sederhana memang, tapi cukup ekonomis, praktis, dan solutif. Para pembeli biasanya dapat datang langsung ke Dusun Blancir atau pesan ongkek untuk diantarkan ke rumah. 

Ongkek is one of the handicrafts in Blancir Hamlet. Ongkek is a modified form of a clothesline. In general, the clotheslines in the villages are in the shape of the letter T. The clotheslines in the villages are mostly made of wood or bamboo which are shaped like the letter T. The poles are then plugged into the ground and tied with a stretch of rope to connect one pole to another. This T-shaped clothesline is fixed and cannot be moved. This becomes a problem for the women in the village during the rainy season. Of course, sometimes it's inconvenient because you have to scavenge or collect clothes, even though it's raining when mothers are busy cooking, babysitting, or other activities that you can't afford to leave behind. That is the thought of the craftsmen in Blancir Hamlet to modify the clothesline poles into ongkek. The goal is simple to make it easier for mothers to dry clothes and collect clothes when it rains.

There are several ongkek craftsmen in Blancir Hamlet, but the one who is well known to several surrounding villages is Pak Mami. Ongkek Pak Mami as I call it, is an ongkek made of petung bamboo. Petung bamboo is a type of large bamboo that can grow up to a stem of about 20cm in diameter. Ongkek Pak Mami is made with a height of 160 cm and a width of 200 cm and finished with oil paint in blue, pink, green, or to order. Ongkek is made in the form of criss-cross scenes and crosses each other. Ongkek Pak Mami is made with eight scenes or main pillars of the ongkek, four cendekan or pillars, and nine dawanan. The scene, the cendekan, and the ongkek bars are arranged in such a way that when viewed from the side it looks like the letters Y and V are connected to each other. This ongkek series can expand as needed. If used ongkek dimegarke or widen. When not in use or when you want to move it, it is enough to put it in a cup or squeeze it to make it compact.

The existence of ongkek is quite helpful for mothers in drying clothes. Even during the rainy season, drying clothes becomes practical, because the ongkek is easy to move if it rains at any time. Ongkek can be placed on the terrace of the house to just aerate clothes when it rains. The weight of the ongkek is not too heavy, around 2-3 kg, so mothers are accustomed to moving the ongkek alone without assistance. Ongkek is also a solution for families who want to have a practical clothesline but don't have enough money to buy a folding clothesline made of aluminum. Ongkek prices range from IDR 80,000-100,000. Ongkek goods are simple indeed, but quite economical, practical, and a solution. Buyers can usually come directly to Dusun Blancir or order ongkek to be delivered to their homes.

No comments:

Post a Comment

Featured post

Pengertian Rubrik

Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas VI : Rubrik adalah kepala karangan (ruang tetap) dalam media cetak baik surat kabar maup...